Sebelum kejadian-kejadian yang dimulai tahun 1965, keluargaku multi-bahasa. Aku belum lahir waktu itu - jadi ini aku dengar sebagai cerita masa lalu. Keluargaku di sebuah kabupaten beberapa jam dari Makassar berbahasa Bugis dengan orang-orang lokal, berbahasa Indonesia dengan orang-orang yang tidak berbahasa Bugis, dicampur dengan bahasa Khek (Hakka) antara anggota keluarga.
Setelah 1965, semuanya berubah. Aku lahir dalam situasi keluarga yang dipenuhi ketakutan. Saking takutnya, keluargaku seolah-olah memisahkan diri dari kehidupan lokal, dan ini mereka lakukan lewat bahasa. Aku ingat benar, dulu di keluargaku setiap ada yang bicara, selalu diselesaikan dengan frase “mo long kon fa” - yang artinya “jangan sembarangan ngomong” - dan desisan panjang yang membungkam, “Sssst! Mo long kon fa!” Begitu takutnya keluargaku, sampai-sampai ketika aku masuk TK, aku baru sadar bahwa aku tidak bisa berbahasa Indonesia. Di tengah-tengah keluarga yang seperti ini, Papaku cukup berani. Dia punya kebiasaan mengajak anak-anaknya jalan keliling kota, sampai ke pinggiran-pinggiran dan pelosok-pelosok. Suatu hari ketika aku berusia sekitar 10 tahun, kami lewat di depan penjara militer di Makassar. Papaku menyebut bahwa kakekku pernah dipenjara di sana. Mamaku, seperti biasanya, langsung membungkam, “Ssst! Mo long kon fa!” katanya. Aku tidak pernah bertanya lagi, dan Papaku tidak pernah bercerita lebih. Tapi insiden ini selalu aku ingat. Yang aku tahu dari papaku waktu itu adalah bahwa kakekku dipenjara karena dituduh PKI padahal sebenarnya sama sekali tidak terlibat. Keluarga kemudian diharuskan membayar untuk mengeluarkan kakekku - dan pemerasan ini terjadi bertahun-tahun. Untuk kontribusiku ke 1965setiaphari.org, aku berusaha mencari tahu lebih banyak lewat salah satu tanteku. Lagi-lagi, dia langsung membungkam, “Ssst! Mo long kon fa!” - saking kagetnya. Dia heran kenapa aku bisa tahu, karena perihal kakekku ini tidak pernah dibicarakan dalam keluarga. Detail-detail yang akhirnya dia sampaikan kepadaku juga membuatku takjub atas perlakuan yang begitu tak-berperikemanusiaan terhadap keluargaku. Karena dia masih sangat terluka dan ketakutan, Tanteku juga heran kenapa yang begini harus diungkit-ungkit lagi. Tapi aku rasa ini harus kuceritakan, meskipun secara anonim untuk menjaga perasaan keluargaku. Anonim #1965setiaphari #living1965
0 Comments
Saya memilih untuk menyamarkan nama saya dalam membagi cerita ini, karena keluarga meminta agar saya tidak membuat proyek tentang kakek – Ayah dari Ibu – saya. Beberapa tahun yang lalu, saya mengetahui kakek dipenjarakan sesudah peristiwa 1965.
Orang tua saya jarang membicarakan kakek. Mereka hanya bilang kakek sudah meninggal sebelum saya lahir. Hampir seumur hidup saya, hanya itu saya tahu tentangnya. Saya tidak mengenal namanya, saya tidak pernah lihat fotonya, seolah-olah kakek tidak pernah ada. Beberapa tahun yang lalu, saya membicarakan film Jagal dengan Ayah. Kemudian saya tanya apakah ada korban yang mungkin kita kenal. Pada saat itulah, Ayah bercerita bahwa kakek saya, yaitu mertuanya, dipenjarakan sesudah perisitwa itu dan baru dibebaskan pada tahun 1980. Saya jadi sadar kenapa mereka tidak pernah membicarakannya. Pada saat itu, perasaan saya bermacam-macam. Saya kaget mendengar apa yang terjadi dengan keluarga saya. Pada saat yang sama saya juga merasa sangat terganggu. Kenapa orang tua saya tidak pernah membicarakannya selama dua puluh tahun? Beliau adalah kakek saya, bukankah saya mempunyai hak untuk mengetahui riwayat hidupnya? Saya langsung sadar beban berat yang dijatuhkan kepada nenek saya dan anak-anaknya. Bagaimana tiba-tiba kehidupannya sangat berubah dan semuanya menjadi perjuangan. Ini merupakan masa dalam kehidupannya yang sangat menyakitkan untuk diingatkan. Dan masa itu belum dirasa bermartabat. Sampai sekarang, peristiwa ini tetap dianggap tabu. Sejak saya mengetahui nasib kakek, saya mencurahkan diri saya untuk belajar tentang kehidupannya dan cobaan yang dihadapinya. Saya berusaha untuk mengembangkan sebuah proyek seni untuk memberi peristiwa ini martabat yang sepantasnya. Akan tetapi, keluarga saya memilih untuk membiarkan yang sudah berlalu daripada membuka luka lama. Mudah-mudahan satu hari saya tidak hanya bisa terbuka tentang peristiwa ini kepada orang lain, tetapi juga kepada keluarga saya. Anonim #1965setiaphari #living1965 |
Archives
September 2017
Kontributor
All
|