Ini salah satu artefak dari Pulau Buru, kiriman dari kakak saya Tedjabayu untuk Ibunda kami. Padi ini adalah "padi kemanten” (padi panen pertama) di Pulau Buru, tahun 1976 dari Unit 1 Wanapura. Komandan Unit ini adalah Lettu CPM Sri Murtonoputro, NRP 309303. Yang mengherankan, meskipun pada umumnya setelah 4-5 tahun biasanya padi jadi kosong, padi kemanten dari Buru itu sekarang pun banyak yang masih berisi, tidak kopong setelah hampir empat puluh tahun. Sri Nasti Rukmawati #1965setiaphari #living1965
0 Comments
Pada ulang tahun saya yang ke-25, saya diberi sebuah bloc note berisi resep masakan yang disenangi keluarga saya. Ayah menyumbang empat resep. Yang pertama adalah resep nasi goreng kesukaan saya waktu kecil. Yang lain adalah “Tiga Menu Tapol G30S”.
Ini resep “sayur kepala”, karena sayur itu dimasak dengan banyak air, sehingga bisa melihat bayangan kepala sendiri; “sayur plastik”, karena papaya muda direbus begitu lama sehingga papaya menjadi transparan, seperti plastik; dan “sayur pentil”, karena batang-batang kangkung merupakan pentil ban. Waktu saya diberi bloc note itu, saya tidak ada rencana untuk memasak resep-resep itu. Tetapi beberapa waktu yang lalu, anak perempuan saya bertanya makanan apa yang diberi kepada kakeknya waktu di penjara? Mungkin satu hari saya bisa mencoba resep itu, supaya anak saya tahu. Membutuhkan waktu semalam untuk mencapai Pulau Buru dengan menggunakan kapal penumpang dari Pelabuhan di Kota Ambon. Ketika tiba di sana, hamparan savana luas di memanjakan mata. Namun di balik keindahan pulau ini, tersimpan cerita tentang kekejaman yang pernah dilakukan oleh Negara ini kepada ribuan tahanan politik.
Pulau yang dipakai sebagai penjara alam ini tidak pernah dimasukan dalam mata pelajaran sekolah. Negara tidak pernah mengakui tentang keterlibatannya membuang ribuan tahanan politik untuk kerja paksa di sana. Pulau ini telah menjadi salah satu lumbung padi di Indonesia bagian timur akibat kerja keras para tahanan politik saat itu. Terus membicarakan dan mendiskusikan keberadaan pulau ini adalah sebagai cara kita terus mengingat bahwa Negara ini pernah ikut andil tragedi kemanusiaan 1965. Pulau ini adalah tempat di mana kita bisa belajar, agar sejarah itu tidak kembali terulang. Whisnu Yonar #1965setiaphari #living1965 Seorang teman bertanya, "dimanakah Pulau Buru?" Aku terkaget mendengar pertanyaannya. Tak pernah terbayangkan pertanyaan itu akan muncul dari seorang kawan yang telah mengenyam pendidikan tinggi hingga ke luar negeri. Ternyata, pendidikan tinggi tidak menjamin pengetahuan sejarah seseorang. Apalagi ketika negara berusaha sengaja menghilangkannya. Mungkin saja informasi tentang pulau ini minim di sekolah atau buku pelajaran. Namun kalau kita coba cari di laman daring 'Google' akan muncul lebih dari 487.000 tautan terkait pulau ini. Sejarah bangsaku tidak selalu dipenuhi dengan cerita kepahlawanan, banyak sisi gelap sengaja dihilangkan demi kepentingan penguasa. Foto monumen ini adalah salah satu dari sedikit sisa artefak yang masih tersisa di Pulau Buru. Sebuah monumen bukti penindasan rezim militer yang dipimpin oleh Soeharto. Whisnu Yonar #1965setiaphari #living1965 Lebih dari dua belas ribu tahanan politik Orde Baru dibuang ke pulau Buru. Sebagian dari mereka meninggal karena siksaan yang keji. Keringat dan darah tahanan politik, merubah pulau yang gersang dan berawa-rawa liar ini menjadi lumbung beras di Maluku. Dari dulu saya tertarik pada apa yang terjadi di negeri ini. Sayangnya, sejarah negeri ini terdiri dari lembaran-lembaran kelam. Karena ketertarikan tersebut, saya juga merasa punya ikatan untuk terlibat. Mengerjakan hal-hal yang mungkin dan bisa saya lakukan. Mengerjakan dokumenter Pulau Buru ini merupakan salah satu tanggungjawab yang mesti dikerjakan karena ikatan tersebut. Kita masih percaya bahwa negeri ini bisa menjadi lebih baik, salah satunya dengan cara tidak berdusta akan masa lalunya yang kelam. Rahung Nasution #1965setiaphari #living1965 Waktu Ayah ditahan, Ayah diberi nomor ini. Tiga, Satu, Sembilan, Enam. Nama dan identitasnya dirampas. Tidak lebih daripada barang yang mau dibuang. Ken Setiawan #1965setiaphari #living1965 |
Archives
September 2017
Kontributor
All
|